Selasa, 05 Januari 2016

Efek Rumah Kaca: idealisme jujur nan kritis bernada melankolis.

Ini adalah sebuah tulisan jujur, sama sekali tidak ada paksaan atau bahkan endorse dari yang bersangkutan, hahaha. Tidak. Saya tulus ingin menulis ini. Dalam tulisan ini, adalah pandangan saya secara pribadi. bersifat sangat subjektif yang bisa saja salah dan bisa saja benar. semua bergantung dari masing-masing orang, dengan masing-masing sudut pandang.




“… aku selalu suka, sehabis hujan di bulan desember, seperti pelangi setia menunggu hujan reda”.

Efek Rumah Kaca - Desember (lagu ERK terfavorit)


Salah satu kecintaan saya terhadap musisi-musisi indie didasarkan pada ‘idealisme’ mereka yang tak pudar meskipun banyak tuntutan mengerang.


Salah satu yang menjadi acuan saya hingga akhirnya menikmati hampir beberapa nama musisi indie lainnya, adalah Efek Rumah Kaca. Sebuah nama band yang tak asing bagi penikmat indie. Saya pun yakin, beberapa dari pembaca tulisan saya ini adalah orang yang dengan sengaja mengetik ‘Efek Rumah Kaca’ dalam pencarian Google-nya.

Awal saya mengenal Efek Rumah Kaca? Simple to answer!


Band yang muncul pada tahun 2005 ini telah menjadi inspirasi saya sejak saya di bangku SMA, di Surabaya, sekitar tahun 2007. Kala itu, saya hanyalah murid SMA biasa yang menghabiskan waktunya di warnet dekat rumah sepulang sekolah. Saya adalah salah satu pelanggan di warnet dekat rumah (update: bahkan warnetnya sekarang sudah tutup karena sekarang hampir semua orang memiliki koneksi internet pribadi).

Kenapa simple? Karena semua berawal dari mas penjaga warnet, bernama Afif, yang mengenalkan saya pada lagu ‘Insomnia’ dari Efek Rumah Kaca. Insomnia adalah lagu ERK yang pertama kali saya dengar. Lagu Insomnia begitu gelap dan dramatis buat saya. Sejak hari itu, saya dibuat jatuh hati dengan semua lagu-lagu dari Efek Rumah Kaca. Hampir setiap konser yang dilakukan oleh mereka di Surabaya, selalu saya hadiri.




Kepuasan batin selalu muncul ketika saya bisa ikut bernyanyi bersama semua orang yang ‘sealiran’ saya, mendengarkan dan menghapal lagu-lagu Efek Rumah Kaca. Jangan salah, pada sekitar tahun 2008-an, penonton penampilan Efek Rumah Kaca di Surabaya bisa dibilang tidak cukup banyak. Jika kita bandingkan dengan konser band berlabel mayor lain yang sedang mampir ‘mengamen’ di Surabaya.

Berbicara tentang penampilan ERK, kemarin saya baru saja melihat penampilan mereka di event Jakcloth pada 3 Januari 2016. Penontonnya sudah banyak sekali. Berdesakan memang. Tetapi karena lagu-lagu yang dibawakan sangat enak didengar dan dihayati, jadi penontonnya bukan tipe penonton yang gedubrakan joget sana sini dan senggol sana sini. Menonton penampilan Efek Rumah Kaca selalu terasa adem dan ayem. Dan yang terpenting, aman bagi para wanita, karena tidak perlu berhimpitan dengan badan orang lain, dimana hal itu membuat sangat tidak nyaman. Terimakasih Efek Rumah Kaca!

Menguping lagu-lagu Efek Rumah Kaca: belajar kritis melalui nada-nada.


Menyerapi lagu demi lagu dari Efek Rumah Kaca tidak hanya sekedar dari sisi musikalitas dan kualitas audionya. Saya bilang: lagu mereka memiliki makna yang luar biasa.

Lirik lagu terkesan kritis secara eksplisit memang, kejujuran yang tidak dibahasakan secara puitis. Pilihan kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang belum tentu semua orang dapat mengutarakannya secara lugas.

Contohnya, ‘Mosi Tidak Percaya’. salah satu kritikan pedas untuk para pemimpin negeri ini. Lagu ini merupakan salah satu curahan hati masyarakat Indonesia yang sudah terlalu lelah dengan janji-janji yang terucap kala kampanye tapi tidak terealisasi, atau bahkan segala ucapan pemimping yang hanya ‘numpang lewat’ di sidang terbuka yang live di televisi. Entah lagu ini sampai atau tidak kepada para perwakilan rakyat, tapi lagu ini cukup menjadi salah satu cara untuk ‘berteriak’ kepada para petinggi negeri.



Selain itu? Lagu terbarunya dari album Sinestesi, ‘Putih’, yang mengingatkan kembali kepada dalam diri, apakah sudah siap untuk mati. setiap manusia nantinya akan mati bukan?.

Manusia adalah mahkluk lemah dan dapat mati dengan mudah. Lagu tentang kesadaran diri juga terwujud dalam ‘Di Udara’. Dari lagu ini, kita disadarkan bahwa kita bisa saja diancam dan diteror, bahkan dibunuh. Tetapi dibalik itu, Efek Rumah Kaca mengingatkan pula bahwa kita tidak boleh lemah terhadap apapun yang menyerang didepan. Another good point from ERK!

(lagu-lagu ERK lainnya akan dibahas di post berikutnya, boleh request kok. Silahkan tulis di kolom komentar ya!)

————————————————————————————————————————————

Menjadi musisi indie bukan hal yang mudah. Tidak hanya disibukkan dengan urusan merangkai nada-nada yang indah, mereka harus berjuang keras untuk mempromosikan lagunya agar sampai ke telinga kita. Tidak ada salahnya kok untuk mulai mendengar lagu-lagu yang tidak diputar di radio, mengingat bahwa radio kita masih di dominasi lagu-lagu barat yang itu-itu saja. (bahkan saya bisa mendengar lagu barat yang sama lebih dari 10 kali dalam sehari!)


Semangat terus musik indie Indonesia!